Alhamdulillah, kami bersyukur atas karunia Allah SWT yang telah menunjukkan kami jalan ke Ponpes Ar-Rahmat, Bojonegoro. Awalnya adalah putra kami yang kuliah di ITB bertemu dengan seseorang sesama mahasiswa baru yang kemudian dikenalnya sebagai lulusan SMA Plus Ar Rahmat. Dari hasil pembicaraan dengan alumni Ar-Rahmat tersebut, putra kami menyarankan agar adiknya yang sebentar lagi lulus SD untuk disekolahkan di SMP Plus Ar-Rahmat. Singkat cerita, saya, isteri, dan anak kami mendatangi Ponpes Ar-Rahmat di Bojonegoro untuk mengikuti ujian seleksi masuk SMP Plus Ar-Rahmat. Alhamdulillah, dari ratusan peminat putra kami diterima sebagai salah satu siswa dari 60 orang yang lolos seleksi.
Bukan semata-mata jarak yang jauh dari Depok, Jawa Barat, sehingga kami sangat jarang menengok akan tetapi saya dan isteri sepakat untuk sepenuhnya mempercayakan putra kami kepada para guru dan pengasuh pondok Ar-Rahmat mulai dari kesehatan, makan dan minum, pelajaran, bimbingan, hingga etiket pergaulan di dalam pondok dan di luar pondok. Terima kasih Ar-Rahmat kami telah banyak merepotkan.
Rupanya sejak masa SMP, para pelajar di Ponpes Ar-Rahmat sudah dipantau dan diarahkan mata pelajaran yang diminatinya. Putra kami mendapat bimbingan dan arahan dalam bidang Matematika sehingga setiap ada lomba atau olimpiade matematika di Kabupaten Bojonegoro atau se-Provinsi Jawa Timur ia mewakili SMP Plus Ar-Rahmat. Pembinaan dan pelibatan dalam lomba atau olimpiade matematika ini terus berlanjut ketika anak kami berada di SMA Plus Ar Rahmat.
Setiap putra kami diikutkan dalam perlombaan, saya dan isteri memandang pentingnya putra kami mengukur diri atas kemampuannya sendiri. Soal kejuaraan bukan hal penting sangat. Yang amat bermanfaat baginya adalah persiapan mengikuti lomba tersebut yang membuatnya berusaha keras untuk memahami dan menguasai pelajaran. Tampaknya, cara berpikir kami ini sejalan dengan motivasi yang dikembangkan oleh para guru dan pengasuh Ar-Rahmat. Alhasil, oleh karena para siswa dibiasakan tekun belajar baik secara mandiri maupun kelompok, bisa dikatakan 100% lulusan yang seangkatan dengan putra kami mampu menembus PTN pilihannya masing-masing.
Pemeliharaan lingkungan tekun belajar itu serta penanaman semangat berkompetisi dalam lomba atau olimpiade sain di tingkat kabupaten, propinsi, dan nasional serta yang diadakan oleh univeritas, membuat peserta didik Arrahmat sepenuhnya belajar di dalam sekolah dan tidak menambah dengan belajar di luar sekolah melalui bimbel atau les privat. Saya menilai begitulah seharusnya sekolah, mesti seperti Ar-Rahmat. Prestasi setiap siswa itu merupakan hasil pendidikan guru dan pengasuh di sekolah; bukan karena ada tambahan belajar melalui bimbel atau lest privat di luar sekolah, sehingga tidak perlu menambah biaya, tenaga dan perhatian.
Saya mendoakan semoga keberkahan dari Allah SWT selalu tercurah kepada Ar-Rahmat –pendirinya, pengelolanya, guru-gurunya, para pengasuhnya, alumninya dan para muridnya— sebagai pondok dan sekolah yang sehat dan aman, berprestasi dan berkarakter, kreatif dan kompetitif. Tetaplah menjadi pondok dan sekolah yang maju, mandiri, dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan negara. Harap dan asa kami selalu bersamamu, Ar-Rahmat. (Depok, 7 Oktober 2024).